Tumbukan
- Saturday  Nov 15,2008 10:05      AM
 - By san
 - In Impuls dan Momentum
 
Pengantar 
Dalam kehidupan sehari-hari, kita biasa  menyaksikan benda-benda saling bertumbukan. Banyak kecelakaan yang  terjadi di jalan raya sebagiannya disebabkan karena tabrakan (tumbukan)  antara dua kendaraan, baik antara sepeda motor dengan sepeda motor,  mobil dengan mobil maupun antara sepeda motor dengan mobil. Demikian  juga dengan kereta api atau kendaraan lainnya. Hidup kita tidak terlepas  dari adanya tumbukan. Ketika bola sepak ditendang David Beckham, pada  saat itu juga terjadi tumbukan antara bola sepak dengan kaki Abang  Beckham. Tampa    tumbukan, permainan billiard tidak akan pernah ada. Demikian juga  dengan permainan kelereng kesukaanmu ketika masih kecil. Masih banyak  contoh lainnya yang dapat anda temui dalam kehidupan sehari-hari. Ayo  dipikirkan…
Pada pembahasan mengenai momentum dan  impuls, kita telah meninjau hubungan antara momentum benda dengan  peristiwa tumbukan. Hukum Kekekalan Momentum yang telah diulas  sebelumnya juga selalu ditinjau ketika dua benda saling bertumbukan.  Pada kesempatan ini kita akan mempelajari peristiwa tumbukan secara  lebih mendalam dan mencoba melihat hukum-hukum fisika apa saja yang  berlaku ketika benda-benda saling bertumbukan.
JENIS-JENIS TUMBUKAN
Perlu anda ketahui bahwa  biasanya dua benda yang bertumbukan bergerak mendekat satu dengan yang  lain dan setelah bertumbukan keduanya bergerak saling menjauhi. Ketika  benda bergerak, maka tentu saja benda memiliki kecepatan. Karena benda  tersebut mempunyai kecepatan (dan massa  ), maka benda itu pasti memiliki  momentum (p = mv) dan juga Energi Kinetik (EK = ½ mv2).
Nah, pada kesempatan ini kita akan  mempelajari jenis-jenis tumbukan antara dua benda dan mencoba melihat  hubungannya dengan Kekekalan Momentum dan Kekekalan Energi Kinetik. Napa    yang ditinjau kekekalan momentum dan kekekalan energi kinetik-nya ?  bukannya Cuma momentum dan energi kinetik ? yupz… maksudnya  begini, ketika benda bergerak saling mendekati sebelum tumbukan, kedua  benda itu memiliki Momentum dan Energi Kinetik. Yang menjadi persoalan,  bagaimana dengan Momentum dan Energi Kinetik kedua benda tersebut  setelah bertumbukan ? apakah momentum dan energi kinetik kedua benda  ketika sebelum tumbukan = momentum dan energi kinetik benda setelah  tumbukan ? agar dirimu semakin memahaminya, mari kita bahas jenis-jenis  tumbukan satu persatu dan meninjau kekekalan momentum dan kekekalan  energi kinetik pada kedua benda yang bertumbukan.
Secara umum terdapat beberapa  jenis tumbukan, antara lain Tumbukan lenting sempurna, Tumbukan  lenting sebagian dan Tumbukan tidak lenting sama sekali.
TUMBUKAN LENTING  SEMPURNA
Tumbukan  lenting sempurna tu maksudnya bagaimanakah ? Dua benda dikatakan  melakukan Tumbukan lenting sempurna jika Momentum dan Energi Kinetik  kedua benda sebelum tumbukan = momentum dan energi kinetik setelah  tumbukan. Dengan kata lain, pada tumbukan lenting sempurna berlaku Hukum  Kekekalan Momentum dan Hukum Kekekalan Energi Kinetik.
Hukum Kekekalan Momentum dan Hukum  Kekekalan Energi Kinetik berlaku pada peristiwa tumbukan lenting  sempurna karena total massa    dan kecepatan kedua benda sama, baik sebelum maupun setelah tumbukan.  Hukum Kekekalan Energi Kinetik berlaku pada Tumbukan lenting sempurna  karena selama tumbukan tidak ada energi yang hilang. Untuk memahami  konsep ini, coba jawab pertanyaan gurumuda berikut ini. Ketika dua  bola billiard atau dua kelereng bertumbukan, apakah anda mendengar bunyi  yang diakibatkan oleh tumbukan itu ? atau ketika mobil atau sepeda  motor bertabrakan, apakah ada bunyi yang dihasilkan ? pasti ada  bunyi dan juga panas yang muncul akibat benturan antara dua benda. Bunyi  dan panas ini termasuk energi. Jadi ketika dua benda bertumbukan dan  menghasilkan bunyi dan panas, maka ada energi yang hilang selama proses  tumbukan tersebut. Sebagian Energi Kinetik berubah menjadi energi panas  dan energi bunyi. Dengan kata lain, total energi kinetik sebelum  tumbukan tidak sama dengan total energi kinetik setelah tumbukan.
Nah, benda-benda yang mengalami Tumbukan  Lenting Sempurna tidak menghasilkan bunyi, panas atau bentuk energi lain  ketika terjadi tumbukan. Tidak ada Energi Kinetik yang hilang selama  proses tumbukan. Dengan demikian, kita bisa mengatakan bahwa pada  peritiwa Tumbukan Lenting Sempurna berlaku Hukum Kekekalan Energi  Kinetik.
Apakah  tumbukan lenting sempurna dapat kita temui dalam kehidupan sehari-hari ?  Tidak…. Tumbukan lenting sempurna merupakan sesuatu yang sulit  kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Paling tidak ada ada sedikit  energi panas dan bunyi yang dihasilkan ketika terjadi tumbukan. Salah  satu contoh tumbukan yang mendekati lenting sempurna adalah tumbukan  antara dua bola elastis, seperti bola billiard. Untuk kasus tumbukan  bola billiard, memang energi kinetik tidak kekal tapi energi total  selalu kekal. Lalu apa contoh Tumbukan lenting sempurna ?  contoh jenis tumbukan ini tidak bisa kita lihat dengan mata telanjang  karena terjadi pada tingkat atom, yakni tumbukan antara atom-atom dan  molekul-molekul. Istirahat dulu ah…
Sekarang mari kita tinjau persamaan Hukum  Kekekalan Momentum dan Hukum Kekekalan Energi Kinetik pada perisitiwa  Tumbukan Lenting Sempurna. Untuk memudahkan pemahaman dirimu,  perhatikan gambar di bawah.
< ![endif]-->

Dua benda, benda 1 dan benda 2 bergerak saling mendekat. Benda  1 bergerak dengan kecepatan v1 dan benda 2 bergerak dengan  kecepatan v2. Kedua benda itu bertumbukan dan terpantul dalam  arah yang berlawanan. Perhatikan bahwa kecepatan merupakan besaran  vektor sehingga dipengaruhi juga oleh arah. Sesuai dengan kesepakatan,  arah ke kanan bertanda positif dan arah ke kiri bertanda negatif. Karena  memiliki massa    dan kecepatan, maka kedua benda memiliki momentum (p = mv) dan  energi kinetik (EK = ½ mv2). Total Momentum dan  Energi Kinetik kedua benda sama, baik sebelum tumbukan maupun setelah  tumbukan.
Secara  matematis, Hukum Kekekalan Momentum dirumuskan sebagai berikut :
< ![endif]-->
Keterangan :
m1 = massa benda 1, m2  = massa    benda 2 
v1  = kecepatan benda sebelum tumbukan dan v2 = kecepatan benda 2  Sebelum tumbukan
v’1  = kecepatan benda Setelah tumbukan, v’2 = kecepatan benda 2  setelah tumbukan
Jika  dinyatakan dalam momentum,
m1v1 = momentum benda 1 sebelum  tumbukan, m1v’1 = momentum benda 1 setelah  tumbukan
m2v2  = momentum benda 2 sebelum tumbukan, m2v’2 =  momentum benda 2 setelah tumbukan
Pada Tumbukan Lenting Sempurna  berlaku juga Hukum Kekekalan Energi Kinetik. Secara matematis dirumuskan  sebagai berikut :

< ![endif]-->
Kita telah menurunkan 2 persamaan untuk Tumbukan Lenting  Sempurna, yakni persamaan Hukum Kekekalan Momentum dan Persamaan Hukum  Kekekalan Energi Kinetik. Ada  suatu hal  yang menarik, bahwa apabila hanya diketahui massa   dan kecepatan awal, maka  kecepatan setelah tumbukan bisa kita tentukan menggunakan suatu  persamaan lain. Persamaan ini diturunkan dari dua persamaan di atas. Persamaan  apakah itu ? nah, mari kita turunkan persamaan tersebut… dipahami  perlahan-lahan ya
Sekarang kita tulis kembali persamaan Hukum Kekekalan Momentum  :

< ![endif]-->
Kita tulis kembali persamaan Hukum Kekekalan Energi Kinetik :
< ![endif]-->


< ![endif]-->
Kita tulis kembali persamaan ini menjadi :

< ![endif]-->
Ini merupakan salah satu persamaan penting dalam Tumbukan  Lenting sempurna, selain persamaan Kekekalan Momentum dan persamaan  Kekekalan Energi Kinetik. Persamaan 3 menyatakan bahwa pada  Tumbukan Lenting Sempurna, laju kedua benda sebelum dan setelah tumbukan  sama besar tetapi berlawanan arah, berapapun massa   benda tersebut.
Koofisien elastisitas Tumbukan  Lenting Sempurna
Wah, istilah baru lagi ne… apaan sie koofisien elastisitas ?  sebelum gurumuda menjelaskan apa itu koofisien elastisitas, mari kita  obok2 lagi rumus fisika. Kali ini giliran persamaan 3…
Kita tulis lagi persamaan 3 :

< ![endif]-->
Perbandingan negatif antara selisih kecepatan benda setelah  tumbukan dengan selisih kecepatan benda sebelum tumbukan disebut sebagai  koofisien elatisitas alias faktor kepegasan (dalam buku Karangan  Bapak Marthen Kanginan disebut koofisien restitusi). Untuk Tumbukan  Lenting Sempurna, besar koofisien elastisitas = 1. ini menunjukkan  bahwa total kecepatan benda setelah tumbukan = total kecepatan benda  sebelum tumbukan. Lambang koofisien elastisitas adalah e. Secara umum,  nilai koofisien elastisitas dinyatakan dengan persamaan :
< ![endif]-->
e = koofisien elastisitas = koofisien restitusi, faktor  kepegasan, angka kekenyalan, faktor keelastisitasan
TUMBUKAN LENTING  SEBAGIAN
Pada  pembahasan sebelumnya, kita telah belajar bahwa pada Tumbukan Lenting  Sempurna berlaku Hukum Kekekalan Momentum dan Hukum Kekekakalan Energi  Kinetik. Nah, bagaimana dengan tumbukan lenting sebagian ?
Pada tumbukan lenting sebagian, Hukum  Kekekalan Energi Kinetik tidak berlaku karena ada perubahan energi  kinetik terjadi ketika pada saat tumbukan. Perubahan energi kinetik bisa  berarti terjadi pengurangan Energi Kinetik atau penambahan energi  kinetik. Pengurangan energi kinetik terjadi ketika sebagian energi  kinetik awal diubah menjadi energi lain, seperti energi panas, energi  bunyi dan energi potensial. Hal ini yang membuat total energi kinetik  akhir lebih kecil dari total energi kinetik awal. Kebanyakan tumbukan  yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari termasuk dalam jenis ini, di  mana total energi kinetik akhir lebih kecil dari total energi kinetik  awal. Tumbukan antara kelereng, tabrakan antara dua kendaraan, bola yang  dipantulkan ke lantai dan lenting ke udara, dll.
Sebaliknya, energi kinetik akhir total juga  bisa bertambah setelah terjadi tumbukan. Hal ini terjadi ketika energi  potensial (misalnya energi kimia atau nuklir) dilepaskan. Contoh untuk  kasus ini adalah peristiwa ledakan.
Suatu tumbukan lenting sebagian biasanya  memiliki koofisien elastisitas (e) berkisar antara 0 sampai 1. Secara  matematis dapat ditulis sebagai berikut :

< ![endif]-->
Bagaimana dengan Hukum Kekekalan Momentum ? Hukum Kekekalan  Momentum tetap berlaku pada peristiwa tumbukan lenting sebagian, dengan  anggapan bahwa tidak ada gaya    luar yang bekerja pada benda-benda yang bertumbukan.
TUMBUKAN TIDAK LENTING  SAMA SEKALI
Bagaimana  dengan tumbukan tidak lenting sama sekali ? suatu tumbukan dikatakan  Tumbukan Tidak Lenting sama sekali apabila dua benda yang bertumbukan  bersatu alias saling menempel setelah tumbukan. Salah satu contoh  populer dari tumbukan tidak lenting sama sekali adalah pendulum  balistik. Pendulum balistik merupakan sebuah alat yang sering digunakan  untuk mengukur laju proyektil, seperti peluru. Sebuah balok besar yang  terbuat dari kayu atau bahan lainnya digantung seperti pendulum. Setelah  itu, sebutir peluru ditembakkan pada balok tersebut dan biasanya peluru  tertanam dalam balok. Sebagai akibat dari tumbukan tersebut, peluru dan  balok bersama-sama terayun ke atas sampai ketinggian tertentu  (ketinggian maksimum). Lihat gambar di bawah…

< ![endif]-->
Apakah pada Tumbukan Tidak Lenting Sama sekali berlaku  hukum Kekekalan Momentum dan Hukum Kekekalan Energi Kinetik ? 
Perhatikan gambar di atas. Hukum kekekalan  momentum hanya berlaku pada waktu yang sangat singkat ketika peluru dan  balok bertumbukan, karena pada saat itu belum ada gaya   luar yang bekerja. Secara  matematis dirumuskan sebagai berikut :
m1v1 + m2v2  = m1v’1 + m2v’2
m1v1 + m2(0)  = (m1 + m2) v’
m1v1 = (m1  + m2) v’ < ![endif]-->—- < ![endif]-->persamaan  1
Apakah setelah  balok mulai bergerak masih berlaku hukum Kekekalan Momentum ? Tidak….  Mengapa tidak ? ketika balok (dan peluru yang tertanam di dalamnya)  mulai bergerak, akan ada gaya  luar yang  bekerja pada balok dan peluru, yakni gaya   gravitasi. Gaya   gravitasi cenderung menarik balok  kembali ke posisi setimbang. Karena ada gaya   luar total yang bekerja, maka  hukum Kekekalan Momentum tidak berlaku setelah balok bergerak.
Lalu bagaimana kita menganalisis gerakan  balok dan peluru setelah tumbukan ?
Nah, masih ingatkah dirimu pada Hukum  Kekekalan Energi Mekanik ? kita dapat menganalisis gerakan balok dan  peluru setelah tumbukan menggunakan hukum Kekekalan Energi Mekanik.  Ketika balok mulai bergerak setelah tumbukan, sedikit demi sedikit  energi kinetik berubah menjadi energi potensial gravitasi. Ketika balok  dan peluru mencapai ketinggian maksimum (h), seluruh Energi Kinetik  berubah menjadi Energi Potensial gravitasi. Dengan kata lain, pada  ketinggian maksimum (h), Energi Potensial gravitasi bernilai maksimum,  sedangkan EK = 0.
Kita  turunkan persamaannya ya 
Catatan : 
Ketika balok dan peluru tepat mulai  bergerak dengan kecepatan v’, h1 = 0. Pada saat balok dan  peluru berada pada ketinggian maksimum, h2 = h dan v2  = 0.
Persamaan Hukum  Kekekalan Energi Mekanik untuk kasus tumbukan tidak lenting sama sekali.
EM1 = EM2
EP1 + EK1 = EP2  + EK2 
0 +  EK1 = EP2 + 0
½ (m1 + m2)v’2  = (m1 + m2) g h < ![endif]--><  ![endif]-->— persamaan 2
Jangan dihal ya… dipahami  saja
Hukum Kekekalan Momentum
- Sunday Nov 9,2008 12:12 AM
 - By san
 - In Impuls dan Momentum
 
Pada pokok bahasan Momentum dan  Impuls, kita telah berkenalan dengan konsep momentum serta pengaruh  momentum benda pada peristiwa tumbukan. Pada kesempatan ini kita akan  meninjau momentum benda ketika dua buah benda saling bertumbukan. Ingat  ya, momentum merupakan hasil kali antara massa   benda dengan kecepatan gerak  benda tersebut. Jadi momentum suatu benda selalu dihubungkan dengan  massa    dan kecepatan benda. Kita tidak bisa meninjau momentum suatu benda hanya  berdasarkan massa    atau kecepatannya saja. Pahami baik-baik konsep ini ya….
Pernahkah anda menonton permainan  biliard ? lebih baik lagi jika dirimu adalah pemain biliard Nah, sekarang pahami penjelasan  gurumuda ini baik2 ya….. Pada saat sebelum tumbukan, bola billiard  target diam sehingga momentumnya = 0, sedangkan bola billiard yang  disodok bergerak dengan kecepatan tertentu; bola billiard yang disodok  memiliki momentum. Setelah terjadi tumbukan, kecepatan bola billiard  yang disodok berkurang; karenanya momentumnya juga berkurang.  Sebaliknya, bola billiard target yang pada mulanya diam menjadi bergerak  setelah terjadi tumbukan. Karena bergerak maka kita bisa mengatakan  bahwa momentum bola billiard target “bertambah”. Dapatkah kita  menyimpulkan bahwa jumlah momentum kedua bola billiard tersebut  sebelum tumbukan = jumlah momentum kedua bola billiard setelah tumbukan  ?
Jika bingung,  dibaca perlahan-lahan sambil dipahami ya…. bagi yang belum pernah  melihat atau bermain bola billiard, anda pasti kebingungan dengan  penjelasan di atas. Oleh karena itu, segera beli dua buah kelereng pada  warung atau toko terdekat…. dan lakukan percobaan berikut. Letakkan  sebuah kelereng pada permukaan lantai yang datar. Setelah itu, tembakkan  kelereng yang diam tersebut menggunakan kelereng lainnya dari jarak  tertentu. Jika meleset, ulangi sampai kedua kelereng bertumbukan. Amati  secara saksama kecepatan gerak kelereng tersebut. Setelah kedua kelereng  bertumbukan, kelereng yang pada mulanya diam (tidak memiliki  momentum) pasti bergerak (memiliki momentum). Sebaliknya,  kelereng yang anda kutik tadi pasti kecepatannya berkurang  setelah tumbukan (momentumnya berkurang). Dengan demikian kita  bisa mengatakan bahwa momentum kelereng yang dikutik berkurang karena  sebagian momentumnya berpindah ke kelereng target yang pada mulanya  diam. Dapatkah kita menyimpulkan bahwa jumlah momentum kedua  kelereng sebelum tumbukan = jumlah momentum kedua kelereng setelah  tumbukan ?
Alangkah  baiknya jika dirimu melakukan percobaan menumbukkan dua bola (mirip  bola billiard) di atas permukaan meja getar. Syukur kalau di  laboratorium sekolah-mu ada meja getar. Pada percobaan menumbukan dua  bola di atas permukaan meja getar, kita mengitung kecepatan kedua bola  sebelum dan setelah tumbukan. Massa    bola tetap, sehingga yang diselidiki adalah kecepatannya. Frekuensi  getaran meja = frekuensi listrik PLN (50 Hertz). Karena telah diketahui  frekuensi getaran meja, maka kita bisa menentukan periode getaran meja.  Nah, waktunya sudah diketahui, sekarang tugas kita adalah mengukur  panjang jejak bola ketika bergerak di atas meja getar. Karena meja  bergetar setiap 0,02 detik (1/50), maka ketika bergerak di atas meja,  bola pasti meninggalkan jejak di atas meja yang sudah kita lapisi dengan  kertas karbon. Jarak antara satu jejak dengan jejak yang lain; yang  ditinggalkan bola setiap 0,02 detik kita ukur. Setelah memperoleh data  jarak tempuh bola, selanjutnya kita bisa menghitung kecepatan gerak  kedua bola tersebut, baik sebelum tumbukan maupun setelah tumbukan.  selanjutnya kita hitung momentum kedua bola sebelum tumbukan (p = mv)  dan momentum kedua bola setelah tumbukan (p’ = mv’). Jika percobaan  dilakukan dengan baik dan benar, maka kesimpulan yang kita peroleh  adalah total momentum dua benda sebelum tumbukan = total momentum kedua  benda tersebut setelah tumbukan.
Jika di laboratorium sekolah anda tidak ada meja getar, coba  pahami ilustrasi bola biliard atau kelereng di atas secara saksama. Jika  sudah paham, anda pasti setuju kalau gurumuda mengatakan bahwa jumlah  momentum kedua benda sebelum tumbukan = jumlah momentum kedua benda  setelah tumbukan. Pada ilustrasi di atas, sebelum tumbukan salah  satu benda diam. Pada dasarnya sama saja bila dua benda sama-sama  bergerak sebelum tumbukan. Kecepatan gerak kedua benda tersebut pasti  berubah setelah tumbukan, sehingga momentum masing-masing benda juga  mengalami perubahan. Kecuali jika massa   dan kecepatan dua benda sama  sebelum kedua benda tersebut saling bertumbukan. Biasanya total momentum  kedua benda sebelum tumbukan = total momentum kedua benda setelah  terjadi tumbukan.
Penjelasan  panjang lebar dan bertele-tele di atas hanya mau mengantar dirimu untuk  memahami inti pokok bahasan ini, yakni Hukum Kekekalan Momentum.  Tidak peduli berapapun massa    dan kecepatan benda yang saling bertumbukan, ternyata momentum total  sebelum tumbukan = momentum total setelah tumbukan. Hal ini berlaku  apabila tidak ada gaya  luar alias gaya   eksternal  total yang bekerja pada benda yang bertumbukan. Jadi analisis kita hanya  terbatas pada dua benda yang bertumbukan, tanpa ada pengaruh dari gaya   luar.  Sekarang perhatikan gambar di bawah ini.

< ![endif]-->
Jika dua benda yang bertumbukan  diilustrasikan dengan gambar di atas, maka secara matematis, hukum  kekekalan momentum dinyatakan dengan persamaan :
< ![endif]-->
Keterangan :
m1 = massa  benda 1, m2 = massa   benda 2, v1  = kecepatan benda 1 sebelum tumbukan, v2 =  kecepatan benda 2 sebelum tumbukan, v’1 =  kecepatan benda 1 setelah tumbukan, v’2 =  kecepatan benda 2 setelah tumbukan
Jika dinyatakan dalam momentum, maka :
m1v1  = momentum benda 1 sebelum tumbukan, m2v2  = momentum benda 2 sebelum tumbukan, m1v‘1  = momentum benda 1 setelah tumbukan, m2v‘2  = momentum benda 2 setelah tumbukan
Perlu anda ketahui bahwa Hukum  Kekekalan Momentum ditemukan melalui percobaan pada pertengahan  abad ke-17, sebelum eyang Newton   merumuskan hukumnya tentang gerak (mengenai Hukum II Newton   versi  momentum telah saya jelaskan pada pokok bahasan Momentum, Tumbukan dan  Impuls). Walaupun demikian, kita dapat menurunkan persamaan Hukum  Kekekalan Momentum dari persamaan hukum II Newton. Yang kita tinjau ini  khusus untuk kasus tumbukan satu dimensi, seperti yang dilustrasikan  pada gambar di atas.
Kita  tulis kembali persamaan hukum II Newton :

< ![endif]-->
Ketika bola 1 dan bola 2 bertumbukan, bola 1  memberikan gaya pada bola 2 sebesar F21, di mana arah gaya  tersebut ke kanan (perhatikan gambar di bawah)

< ![endif]-->
Momentum bola 2 dinyatakan dengan persamaan  :

< ![endif]-->
Berdasarkan Hukum III Newton (Hukum  aksi-reaksi), bola 2 memberikan gaya   reaksi pada bola 1, di mana besar F12  = – F21. (Ingat ya, besar gaya   reaksi = gaya    aksi. Tanda negatif menunjukan bahwa arah gaya   reaksi berlawanan dengan arah gaya    aksi)
Momentum  bola 1 dinyatakan dengan persamaan :


< ![endif]-->
< ![endif]-->
Ini adalah persamaan Hukum Kekekalan  Momentum. Hukum Kekekalan Momentum berlaku jika gaya   total pada benda-benda yang  bertumbukan = 0. Pada penjelasan di atas, gaya   total pada dua benda yang  bertumbukan adalah F12 + (-F21) =  0. Jika nilai gaya    total dimasukan dalam persamaan momentum :

< ![endif]-->
Hal ini menunjukkan bahwa apabila gaya   total pada  sistem = 0, maka momentum total tidak berubah. Yang dimaksudkan dengan  sistem adalah benda-benda yang bertumbukan. Apabila pada sistem tersebut  bekerja gaya  luar (gaya-gaya yang  diberikan oleh benda di luar sistem), sehingga gaya   total tidak sama dengan nol, maka  hukum kekekalan momentum tidak berlaku.
Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan  bahwa :
Jika tidak  ada gaya    luar yang bekerja pada benda-benda yang bertumbukan, maka jumlah  momentum benda-benda sebelum tumbukan sama dengan jumlah momentum  benda-benda setelah tumbukan. 
Ini adalah pernyataan hukum kekekalan  momentum
<  ![endif]-->
Prinsip  Kerja Roket
Dorongan roket dan jet merupakan  penerapan yang menarik dari hukum III Newton dan Kekekalan momentum.  Roket memiliki tangki yang berisi bahan bakar hodrogen cair dan oksigen  cair. Bahan bakar tersebut dibakar dalam ruang pembakaran sehingga  menghasilkan gas lalu dibuang melalui mulut pipa yang terletak  dibelakang roket. Akibatnya terjadi perubahan momentum pada gas selama  selang waktu tertentu. Berdasarkan hukum II Newton, perubahan momentum  selama suatu selang waktu tertentu = Daya
- Monday Oct  13,2008 04:44 PM
 - By san
 - In Usaha dan Energi
 
Pada pokok bahasan mengenai usaha  dan energi, energi potensial dan energi kinetik serta pembahasan Hukum  Kekekalan Energi, kita telah mempelajari konsep usaha tanpa  memperhitungkan besaran waktu. Misalnya ketika mengangkat sebuah batu  hingga ketinggian tertentu, kita membutuhkan sejumlah usaha. Batu yang  kita angkat dengan sejumlah usaha tentu saja memerlukan selang waktu  tertentu untuk berpindah dari kedudukan awal ke kedudukan akhir. Batu  yang diangkat secara perlahan-lahan pasti memiliki waktu tempuh yang  lebih lama dibandingkan dengan batu yang diangkat dengan cepat. Pada  kesempatan ini kita akan mempelajari pokok bahasan Daya, sebuah besaran  fisika yang menyatakan hubungan antara usaha dan waktu. Selamat belajar,  semoga sukses…..
Dalam  ilmu fisika, daya diartikan sebagai laju dilakukannya usaha atau  perbandingan antara usaha dengan selang waktu dilakukannya usaha. Dalam  kaitan dengan energi, daya diartikan sebagai laju perubahan energi.  Sedangkan Daya rata-rata didefinisikan sebagai perbandingan usaha total  yang dilakukan dengan selang waktu total yang dibutuhkan untuk melakukan  usaha. Secara matematis, hubungan antara daya, usaha dan waktu  dirumuskan sebagai berikut :
< ![endif]-->

Berdasarkan persamaan ini, dapat  disimpulkan bahwa semakin besar laju usaha, semakin besar Daya.  Sebaliknya, semakin kecil laju Usaha maka semakin kecil laju Daya. Yang  dimaksudkan dengan laju usaha adalah seberapa cepat sebuah usaha  dilakukan. Misalnya mobil A dan B memiliki massa yang sama menempuh  suatu lintasan berjarak 1 km. Apabila mobil A menempuh lintasan tersebut  dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan mobil B, maka ketika  menempuh lintasan itu, daya mobil A lebih besar dari mobil B. Dengan  kata lain, Mobil A memiliki laju perubahan energi kimia menjadi energi  mekanik yang lebih besar dari pada mobil B.
Daya merupakan besaran skalar, besaran yang  hanya mempunyai nilai alias besar, tidak mempunyai arah. Satuan Daya  dalam Sistem Internasional adalah Joule/detik. Joule/detik juga biasa  disebut Watt (disingkat W), untuk menghargai James Watt. Dalam sistem  British, satuan daya adalah 1 pon-kaki/detik. Satuan ini terlalu kecil  untuk kebutuhan praktis sehingga digunakan satuan lain yang lebih besar,  yakni dayakuda atau horse power (disingkat hp). 1 dayakuda  = 550 pon-kaki/detik = 764 watt = ¾ kilowatt.
Besaran Usaha juga bisa dinyatakan dalam  satuan daya x waktu, misalnya kilowatt-jam alias KWH. Satu KWH  adalah usaha yang dilakukan dengan laju tetap sebesar 1 Kilo Watt selama  satu jam.
Daya seekor  kuda menyatakan seberapa besar usaha yang dilakukan kuda per satuan  waktu. Daya sebuah mesin menyatakan seberapa besar energi kimia atau  listrik dapat diubah menjadi energi mekanik per satuan waktu.
Contoh soal 1 :
Seseorang yang bermassa 60 kg menaiki  tangga selama 4 sekon. Apabila ketinggian vertikal tangga tersebut  adalah 4 meter, hitunglah daya orang itu dalam satuan watt dan besarnya  energi yang dibutuhkan untuk menaiki tangga. Anggap saja percepatan  gravitasi (g) = 10 m/s2.
Panduan jawaban :

< ![endif]-->
Hasil perhitungan kita menunjukkan bahwa  ketika menaiki tangga, orang tersebut mengubah energi kimia menjadi  energi mekanik sebesar 2400 Joule. Ini belum termasuk energi panas yang  dihasilkan ketika orang tersebut bergerak. Jadi ketika menaiki tangga,  energi yang diubah orang tersebut lebih besar dari 2400 Joule.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar